Kenikmatan seks Terhambat karena mitos

LATAR belakang pendidikan dan lingkungan ternyata secara tak langsung berpengaruh pada pemahaman seksualitas. Rendahnya pendidikan akan memunculkan mitos-mitos tentang seks yang menyesatkan, dimana pada akhirnya menghambat kenikmatan pasangan yang bercinta.

Pemahaman religius yang minimal, juga menjadi penyumbang sebagai penghambat pasangan bercinta. Juga banyak yang tidak sadar seseorang dipengaruhi oleh kesan negatif tentang seks yang ditanamkan kepadanya sejak mereka masih kanak-kanak.

Tengok saja beberapa mitos di bawah ini:

1. Seks itu harus ‘sopan’. Orang-orang Timur, seperti di Indonesia, punya pemahaman seks sebatas hubungan badan. Yakni, proses penetrasi Mr P ke dalam Mrs V, selesai. Pandangan seksualitas yang sempit ini banyak pasangan berhenti bercinta pada saat di mana hubungan badan tidak mungkin dilakukan. Padahal di Barat stimulasi oral dan manual, juga merupakan bagian seks.

2. Seks harus alami dan spontan. Pandangan bahwa seks tidak memerlukan pendidikan menyebabkan laki-laki dan perempuan percaya ada yang salah jika mereka ingin belajar teknik baru dan menemukan cara lebih baik untuk memberi dan menerima kenikmatan.

3. Seks itu menjijikkan. Ini secara tak langsung orang yang mempercayai mitos ini sering menganggap kenikmatan seksual sebagai sesuatu memalukan.

4. Wanita tabu meminta seks. Selama ini dalam masyarakat selalu dimunculkan seks menjadi tanggung jawab laki-laki. Banyak perempuan mengharapkan laki-laki mengajaknya berkencan, mencari uang lebih banyak, dan mengambil tanggung jawab memulai seks dan memberinya orgasme. Pemikiran itu sangat membatasi laki-laki dan perempuan.

5.Perempuan yang menyenangi seks adalah promiskuitas. Masyarakat tidak mempercayai perempuan yang menyenangi seks. Mereka akan disebut ‘pelacur’ sedangkan perempuan yang tidak tertarik terhadap seks atau sulit mencapai orgasme dipandang sebagai ‘perempuan sedingin salju’.

6. Laki-laki selalu siap dan menginginkan seks. Laki-laki tidak pernah diharapkan berkata ‘tidak’ atau tidak pernah dibiarkan tidak mood jika berhadapan dengan perempuan. Dan sudah tentu perempuan tidak dapat menunjukkan kehangatan atau ketertarikannya kecuali ia menginginkan seks karena laki-laki tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri.

7. Lelaki harus memerlukan ‘keperkasaan’ (ereksi). Sebenarnya seorang lelaki dapat memberi dan menerima kenikmatan tanpa menjadi ereksi. Hubungan seksual pun dapat dilakukan dalam semi-ereksi.

8. Seks harus berakhir dengankepuasan (orgasme). Sebagian perempuan tidak berbohong saat mengatakan dapat menikmati percintaan walaupun tidak mencapai orgasme. Saat laki-laki bertambah tua, mereka juga dapat bercinta tanpa perlu mencapai orgasme atau ejakulasi. (gos dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment